" sabar mbah...kami gag bekal berani macem - macem sama mbah. mbah kan yang punya kuasa di kota ini jadi, kami teriak - teriak pun percuma...lah wong orang - orang sudah sampeyan kopok kan - baca : tuli kan - dengan tumpukan rupiah " kata ku menenangkan.
" lah sampeyan emang cuma bisa teriak - teriak, protes sana, kritik sini tanpa kasih solusi. apa sampeyan tidak tahu saya itu sudah cukup berkorban untuk rembang. banyak duit saya yang tak korbanin buat rembang. gag cuma duit, pikiran, tenaga dan waktu untuk istri saya tercinta pun banyak yang tersita!!!jadi kalian jangan cuma teriak - teriak bawa spanduk!!! bantu saya menciptakan rembang kondusif..." mbah saliman masih saja berapi - api.
" lah maksud nya itu mbah...saya pengen kasih saran buat mbah. biar mbah gag ribut dengan itu para aktivis lingkungan" kata ku mencoba menjelaskan.
" oOo...kalian sudah mau toh jadi teman ku...koq gag dari kemarin - krmarin" mbah saliman mulai cengar - cengir sambil pamerin gigi nya yang kuning.
" mbah -mbah...dari dulu saya berteman dengan semua orang yang punya niat baik membangun rembang...mau dengar usul ku gag mbah?" jawab ku agak sebel.
" kalo saya ya membangun rembang dan kantong saya dong...percuma rembang maju tapi kantong saya kosong? " mbah saliman mulai membela diri.
" wes mbah sampeyan kuwi mesti mikir kantong kalo gag gitu perut. udah diem mbah, dengerin nih usul saya...
pada tahun 1992 para peneliti jepang mempelajari kemungkinan memprosesan abu hasil pembakaran sampah dan endapan air kotor untuk dijadikan bahan pembuat semen. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa abu hasil pembakaran sampah mengandung unsur yg sama dengan bahan dasar semen pada umumnya. Pada tahun 1993, proyek itu dibiayai oleh Kementrian Perdangan Internasional dan Industri Jepang. Tahun 2001, pabrik pertama di dunia yang mengubah sampah menjadi semen resmi beroperasi di Chiba. Pabrik tersebut mampu memproduksi ekosemen sebanyak 110,000 ton/tahunnya. Sampah yang diubah menjadi abu yang kemudian diolah menjadi semen mencapai 62,000 ton/tahun sedangkan endapan air kotor dan residu abu industri yang diolah mencapai 28,000 ton/tahun.
" sampah di rebang kan banyak mbah...kita manfaat kan saja buat semen...bukan cuma membabat pegunung kars di rembang selatan " kata ku menjelaskan.
" oOo...benar itu, di kantor saya dan gedung legislatif itu malah pusat nya sampah...bisa tak buat semen ya...wah diri ku kayak nya bisa bikin pabrik sendiri. gag usah berbagi dengan Semen Gasik ( SG ). piye pembuatan nya? di lanjut" mbah saliman mulai tertarik nih kayak nya.
Penduduk Jepang membuang sampah, baik organik maupun anorganik, dengan jumlah sekitar 50 juta ton/tahun. Dari 50 ton/tahun tersebut, sampah yang dibakar (proses incineration) menjadi abu (incineration ash) ialah sekitar 37 ton/tahun. Sedangkan abu yang dihasilkan mencapai 6 ton per tahunnya. Abu inilah yang kemudian dijadikan sebagai bahan pembuat ekosemen. Abu dan endapan air kotor mengandung senyawa-senyawa yang diperlukan dalam pembentukan semen konvensional, yaitu senyawa-senyawa oksida seperti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Karena itu, abu insinerasi dapat difungsikan sebagai pengganti tanah liat yang digunakan pada pembuatan semen konvensional [1].
| CaO | SiO2 | Al2O3 | Fe2O3 | SO3 | Cl | |
|---|---|---|---|---|---|---|
| Semen konvensional | 62-65 | 20-25 | 3-5 | 3-4 | 2-3 | 50-100 |
| Abu insenerasi | 12-31 | 23-46 | 13-29 | 4-7 | 1-4 | 150000 |
Kebutuhan kandungan CaO yang masih belum terpenuhi pada abu insinerasi dapat dicukupi dengan penambahan batu kapur. Dalam pembuatan ekosemen, klorin dan logam berat yang terkandung pada abu insinerasi diekstrak menjadi artificial ore (Cu, Pb, dan lainnya) yang kemudian di-recyle untuk digunakan kembali.
" ayo leh...buat nya gimana?" kata mbah saliman mulai tidak sabar.
Secara umum, produksi semen konvensional (Portland) meliputi pengeringan, penghancuran, dan pencampuran batu kapur, tanah liat, quartzite, serta bahan baku lainnya dan kemudian dibakar pada rotary klin. Prinsip produksi ekosemen pada dasarnya sama dengan prinsip pembuatan semen konvensional. Adapun perbedaannya terletak pada proses pembakaran dan pengolahan limbah.
1. Persiapan
Bahan baku (abu insenerasi, endapan air kotor rumah tangga, dan residu abu industri) diproses terlebih dahulu melalui pengeringan, penghancuran, dan pemisahan logam yang masih terkandung pada bahan baku.
2. Penghancuran
Setelah dikeringkan, bahan baku tersebut kemudian dihancurkan pada raw grinder atau drying mill bersamaan dengan batu kapur.
3. Pencampuran
Setelah dikeringkan dan dihancurkan, umpan dimasukkan ke dalam homogenizing tank bersamaan dengan fly ash (abu yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara) dan blast furnace slag (limbah yang dihasilkan industri besi). Penempatan dua homoginezing tank yang diilustrasikan dalam diagram dimaksudkan untuk mencampuran semua secara merata sehingga dapat menghasilkan komposisi yang diinginkan.
4. Pembakaran
Berbeda dengan produksi semen konvensional dimana bahan baku dibakar pada suhu 900oC, pada proses pembuatan ekosemen, bahan baku dimasukkan ke dalam rotary klin dan dibakar pada suhu diatas 1350oC. Dalam rotary kiln, dioksin dan senyawa berbahaya lainnya yang terkandung pada abu insenerasi akan terurai menjadi air dan gas klor sehingga aman bagi lingkungan. Gas yang keluar dari rotary klin kemudian didinginkan secara cepat hingga suhu 200oC untuk mencegah kembali terbentuknya dioksin. Pada proses ini, logam berat yang masih terkandung dipisahkan dan dikumpulkan ke dalam bag filter sebagai debu yang masih mengandung klor. Debu ini kemudian dialirkan ke heavy metal recovery process. Klor yang masih tersisa akan dihilangkan dan menghasilkan sebuah articial ore seperti tembaga dan timbal yang kemurniannya mencapai 35% atau lebih. Proses pembakaran akan menghasilkan clinker (intermediate stage pada industri semen) yang kemudian dikirim ke clinker tank.
5. Penghancuran Produk
Campuran gypsum dan clinker dihancurkan dalam finish mill dan kemudian akan dihasilkan ekosemen.
Fig 1. Flowchart pembuatan ekosemen [3]
Ecocement Production Flowchart
" kalau kualitas naya gimana leh? " mbah saliman terus mengejar.
Hingga saat ini, terdapat dua macam tipe ekosemen (berdasarkan penambahan alkali dan kandungan klor) yaitu tipe biasa dan tipe rapid hardening. Ekosemen tipe biasa mempunyai kualitas sama baiknya dengan semen Portland biasa. Tipe ekosemen ini digunakan sebagai ready mixed concrete sedangkan ekosemen tipe fast hardening memiliki kekuatan konkrit serta pengerasan yang lebih cepat dibanding semen Portland tipe high-early strength (lihat Fig 2). Ekosemen tipe fast hardening digunakan pada blok arsitektur, bahan genteng, pemecah ombak, dan lain sebagainya. Ekosemen tipe fast hardening telah melewati standardisasi JIS (Japanese Industrial Standard).
Fig 2. Perbandingan kekuatan ekosemen dibandikan dengan semen Portland [2]
." walah...bener sampeyan. tak pikir - pikir daripada membagi dengan SG dan para supir ku, ini lebih menguntungkan. matur teng kyu...aku mau buat ' Pabrik Semen Sampah DULU kalo gitu..." mbah saliman langsung ngacir...
" dasar orng ini tahu dapet untung aja langsung semangat 45..." kata ku sambil menggerutu.