"Sebuah jokes satu kalimat disusun dari dua naskah asal"Karena ini teori sematik, penggunaanya untuk jokes non verbal jadi terbatas. sekarang mari kita ubah istilah naskah yang dipakai Raskin menjadi cerita, sehingga bisa diaplikasikan keberbagai macam jenis humor.
"Sebuah jokes membutuhkan dua alur cerita"bagian setup pada jokes menghasilkan 1st story dibenak kita dan menuntun kita menuju suatu ekspektasi. lalu, punch mengejutkan kita dengan 2nd story, yang tetap relevan tapi, berbeda dengan ekspektasi kita.
sebagai contoh, bayangkan seorang pria dengan ekspresi sedih, mengatakan hal ini :
my wife just ran off with my best friend. boy, do i miss him.
setup membangun 1st story, ada seorang pria yang sedih ditinggal istrinya,. kita berharap cerita akan berlanjut sesuai temanya. tapi, punch menampilkan 2nd story yang mengejutkan kita, si pria tadi malah merindukan sahabatnya, bukan istrinya. perhatikan diagram dibawah ini.
- SETUP : (Dengan mimik muka sedih) my wife just ran off with my best friend
- 1st STORY : Pria ini sedih merindukan istrinya
- 2nd STORY : Pria ini sedih merindukan sahabatnya
- PUNCH : Boy, do i miss him
Bila jokes tidak memiliki dua cerita maka, itu bukanlah jokes. bila punch tidak menghadirkan cerita yang berbeda maka itu hanya akan menjadi cerita biasa. Tidak ada 2nd story, Tidak ada kejutan, Tidak ada jokes.